It's time To Visit Banda Aceh

Kota Banda Aceh adalah Ibu Kota Provinsi Aceh, Indonesia. Dahulu kota ini bernama Kutaraja, kemudian sejak 22 April tahun 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Tapi, sekarang Kota Banda Aceh mulai memancarkan pesonanya.

Sabtu, 11 Juni 2011

Ulee-Lheueu

Ulee-Lheueu tepatnya di Jl. Sultan Iskandar Muda yang menuju ke pelabuhan malahayati (balohan). Di sepanjang jalan ini, anda akan menikmati suasana tepi pantai terasa seperti di Marina Bay. Mau cari jagung bakar?? Disini tempat-nya. Mau berenang di pantai?? Disini juga tempatnya. Mau pacaran dengan naik perahu bebek sambil berdayung berdua?? Disini lagi tempatnya. Mau lihat sunset?? Lagi-lagi, disini juga tempatnya.
Ulee-Lheueu Part 01
Ulee-Lheueu Part 02
Ulee-Lheueu Part 03


PESAWAT RI 1

Foto Replika Pesawat RI-1
Pesawat Seulawah yang dikenal RI-1 dan RI-2 merupakan bukti nyata dukungan yang diberikan masyarakat Aceh dalam proses perjalanan Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan-nya.  Pesawat Seulawah yang menjadi cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia Airways disumbangkan melalui pengumpulan harta pribadi masyarakat dan saudagar Aceh sehingga Presiden Soekarno menyebut "Daerah Aceh adalah Daerah Modal bagi Republik Indonesia, dan melalui perjuangan rakyat aceh seluruh Wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali." Pesawat Seulawah dibeli dengan harga US$ 120.000 dengan kurs pada saat itu atau kira-kira 25 Kg emas dan untuk mengenang jasa masyarakat aceh tersebut maka dibuat replika pesawat seulawah yang berada di Lapangan Blang Padang Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.
Foto Replika Pesawat RI-1 Tampak Depan
Foto Replika Pesawat RI-1 Tampak Samping
Foto Replika Badan Pesawat RI-1
Foto Replika Ekor Pesawat RI-1

Sabtu, 04 Juni 2011

Kapal di atas Rumah

Museum Kapal Tsunami Aceh
Tempat ini tetap dipertahankan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengenang Musibah Tsunami yang melanda Kota Banda Aceh pada 26 Desember 2004. Sebuah kapal yang terbawa Gelombang Tsunami dan terdampar di perumahan penduduk di kawasan Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam.

Tempat wisata ini beralamatkan di Jalan Tanjung, Lampuloh, Banda Aceh.

Foto Kapal Tsunami Aceh Part 01

Foto Kapal Tsunami Aceh Part 02
Foto Kapal Tsunami Aceh Part 03
Foto Kapal Tsunami Aceh Part 04
Foto Kapal Tsunami Aceh Part 05

PLTD Apung

Foto Kapal PLTD yang terdampar di Kampung Punge
Monumen Kapal PLTD Apung memiliki luas lahan : + 2 Ha, berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru. Monumen ini dimiliki oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, diperuntukkan untuk kawasan wisata. Kapal besar di tengah kampung ini terdampar 4 km dari pesisir pantai, mendapatkan gambaran betapa dahsyatnya Tsunami tersebut.
Di sebelah kiri PLTD Apung ini sekarang telah selesai dibangun Monumen Edukasi Tsunami yang berisi catatan sejarah dan foto-foto saat kejadian Tsunami.
Foto Kapal PLTD yang diambil dari Taman Edukasi Tsunami
Foto Kapal PLTD yang diambil dari samping

Museum Tsunami

Museum Tsunami
Museum Tsunami Aceh dibangun di pusat kota Banda Aceh kira-kira 1 km dari Masjid Raya Banda Aceh. Adapun fungsi Museum Tsunami ini adalah :
  • Sebagai objek sejarah, dimana museum tsunami akan menjadi pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana Tsunami.
  • Sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami.
  • Sebagai warisan kepada generasi mendatang di Aceh dalam bentuk pesan bahwa di daerahnya pernah terjadi Tsunami.
  • Untuk mengingatkan bahaya bencana gempa bumi dan tsunami yang mengancam wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di "Cincin Api" Pasifik, sabuk gunung berapi, dan jalur yang mengelilingi Basin Pasifik. Wilayah cincin api merupakan daerah yang sering diterjangan gempa bumi yang dapat memicu tsunami.
Foto Museum Tsunami Part 01
Foto Museum Tsunami Part 02

    Jumat, 03 Juni 2011

    MESJID RAYA BAITURRAHMAN

    Mesjid ini merupakan saksi biru sejarah Aceh, terletak di pusat kota Banda Aceh dan merupakan kebanggan Masyarakat Aceh. Mesjid Raya Baiturrahman adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Mesjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.

    Mesjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika berperang dengan Belanda (1873-1904). Pada saat terjadi Perang Aceh pada tahun 1873, mesjid ini dibakar habis oleh tentara Belanda. Pada saat itu, Mayjen Khohier tewas tertembak di dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Mesjid Raya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun sebuah monumen kecil di depan sebelah kiri Mesjid Raya, tepatnya dibawah pohon ketapang. Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Mesjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga saat ini Mesjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan (1879-1993).

    Mesjid ini merupakan salah satu Mesjid yang terindah di Indonesia yang memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2 dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan Mesjid. Mesjid  ini dapat menampung hinga. 9.000 jama'ah. Di halaman depan mesjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh diatasnya.
    Foto Mesjid Raya Baiturrahman yang diambil pada saat malam hari